Oleh: Bambang Wibiono
Batik Kebumen jelas berbeda dengan keberadaan
batik-batik di daerah lain yang masing-masing memiliki latar dan pengaruh dari
berbagai unsur, sehingga batik dapat berkembang sebagai sebuah simbol budaya,
adat istiadat dan spiritual. Tentang Batik Kebumen, tidak terlacak pengaruh
budaya dari mana, karena semua mengakui bahwa keberadaan motif-motif yang
berkembang berasal dari pengaruh pengamatan indrawi para perajin sendiri. Batik
Kebumen lebih berkembang sebagai murni seni batik yang menekankan pada nilai
artistik bukan pada nilai makna dibalik sebuah gambar. Sehingga justru
menunjukkan keunikannya sendiri. Batik Kebumen yang berorientasi pada alam
(ekologis), menggambarkan masyarakat Kebumen yang bersahaja dan sangat
menghormati kehidupan yang ditawarkan oleh alam.
Menurut Ketua Paguyuban
Batik Lawet Sakti Kebumen, H. Hamami Abdul Rohman, motif batik Kebumen yang
dibuat terinspirasi dari budaya Kebumen sehingga muncul kekhasan warna dan
coraknya. Rata-rata ide dasar pembuatan motif batik berasal dari apa saja. Bisa
dari alam
sekitar seperti bunga yang tumbuh di halaman, daun, makanan khas
atau saat melihat corak
batik yang menurutnya bagus, lalu dia mengembangkan menjadi karya
berbeda. Termasuk pewarnaan yang digunakan adalah warna-warna khas Kebumen,
seperti biru, merah, ungu, cokelat, hijau dan kuning.
Motif-motif batik kebumen: jagatan, srikit, kawung jenggot, ukel cantel,
gringsing, pugeran.
Jenis motif andalan dan yang
paling mahal: jagatan dan srikit karena tingkat kesulitan yang tinggi serta
menggunakan bahan baku yang berkualitas yang dipesan langsung dari Pekalongan
atau Jogja.
Khusus untuk motif kawung
jenggot, berdasarkan keterangan Pak Muhtadin, salah seorang pengrajin dan
pengusaha batik Desa Seliling, bahwa motif tersebut di desanya bahkan di
Kebumen hanya ada satu orang yang bisa membuatnya sehingga motif tersebut masih
sangat langka. Menurutnya, perajin yang lain termasuk dirinya belum mampu ada
yang menirunya.
Ketersediaan bahan
Bahan-bahan pendukung
untuk membatik di daerah Kebumen masih sangat sulit. Hanya ada satu tempat
untuk membeli bahan-bahan pembuatan batik. Namun diakui para perajin, untuk
membuat motif-motif yang sulit yang memerlukan pewarna yang berkualitas dan
lebih bervariasi harus memesan bahan pewarna dan malam dari Yogya, Solo, atau Pekalongan.
Proses pembuatan
Untuk membuat motif
jagatan atau srikit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama daripada batik
lainnya. Waktu yang diperlukan mencapai 1-2 bulan. Hal ini dikarenakan
kerumitan dari motif serta proses pewarnaan yang lama. Jika umumnya motif lain
hanya dua kali pewarnaan, sedangkan untuk motif jagatan dan srikit butuh empat
kali proses pewarnaan. Karena inilah harga untuk motif jagatan dan srikit lebih
mahal. Selain itu, lamanya proses pembuatan karena umumnya para perajin
menjadikan kegiatan membatik hanya sebagai kerjaan sambilan untuk mengisi waktu
luang.
Asal-usul motif-motif batik Kebumen
Umumnya para perajin
tidak mengetahui asal-usul dan makna motif batik yang ia buat. Mereka hanya
sekedar membatik karena turun temurun dari nenek moyangnya ataupun sekedar
meniru batik yang sudah ada dan berkembang di Kebumen. Selain itu motif-motif
batik yang saat ini berkembang di Kebumen umumnya lebih bermakna artistik
ketimbang bernilai filosofi yang bermakna nilai moral dan harapan-harapan. Berdasarkan
keterangan para perajin, sebagian besar dari mereka tidak pernah mencoba
mencari informasi mengenai asal-usul/sejarah, siapa yang memberi nama dan makna
dari motif batik yang ia buat. Mereka sekedar mengikuti orang tua mereka dahulu
dalam membatik.
Pertimbangan pembeli dan harga terhadap batik
Sejauh ini hampir tidak
ada pembeli yang mempertimbangkan aspek sejarah, filosofi atau makna dari
sebuah batik dalam membeli. Kalaupun ada biasanya dari kalangan pecinta/pemerhati
batik atau pengusaha batik yang membeli pada saat pameran. Keputusan penentuan
harga batik oleh para perajin juga tidak didasarkan pada aspek sejarah dan
filosofi, namun lebih kepada pertimbangan aspek proses pembuatan seperti
kerumitan motif, pewarnaan, bahan, dan lama pengerjaan.
Perlindungan karya motif batik
Ternyata pengetahuan dan kesadarannya akan
pentingnya perlindungan pun, tidak serta merta motif-motif yang diciptakan terlindungi
dari peniruan. Beberapa perajin seperti Pak Teguh mengaku meski telah
didaftarkan, motif-motifnya tetap banyak yang meniru. Melihat kondisi seperti
ini, dia mengaku tidak bisa berbuat banyak. Karena jika mau memperkarakannya
pun hanya akan merepotkan diri sendiri, belum lagi nanti ada biaya ini dan itu
yang harus dia keluarkan untuk mengurusnya. Sehingga sampai saat ini dia hanya
bisa memberikan proteksi sendiri atas karya-karyanya, jika ada perajin lain
ingin meniru menggunakan motifnya, maka harus ada transaksaksi ekonomi yang menguntungkan,
meski nilainya tidak terlalu besar, antara 25-50 ribu.
Upaya pemerintah Kabupaten Kebumen
Secara khusus, pemerintah Kabupaten Kebumen belum
melakukan upaya yuridis apapun dalam rangka mendukung perlindungan industri kreatif,
terutama batik karena industri kreatif batik belum menjadi prioritas. Adapun
visi pembangunan Kabupaten Kebumen lebih mengarah ke agrobisnis, yaitu “Kebumen
yang Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agrobisnis”. Diantara beberapa industri
yang berkembang di Kebumen, industri batik sendiri tidak memiliki posisi
strategis. Tercatat dalam dokumentasi dinas perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Kebumen, Industri di Kebumen diklasifikasikan dalam beberapa
jenis industri, yaitu Industri Furniture dan Kayu Olahan, Industri Agro,
Industri Aneka Kripik, Industri Menengah, Industri Kerajinan, Industri Kimia,
Industri Lanting, Tempe, Tahu dan minuman. Dalam daftar Industri tersebut,
Industri Batik masuk dalam kategori industri kerajinan dan hanya tercatat satu
industri batik yang secara resmi memiliki izin, yaitu Paguyuban Lawet Sakti.
Meski bukan merupakan prioritas, namun bisa
dikatakan bahwa perhatian Pemerintah Kabupaten Kebumen terhadap keberadaan
industri batik ini sangat besar. Beberapa tindakan yang telah dilakukan
Pemerintah Kabupaten Kebumen antara lain:
a. Inventarisasi:
Inventarisasi para perajin batik di Kabupaten
Kebumen yang menyebar dalam empat kecamatan, lima desa, empat kelompok batik
dan 379 perajin batik. Selain inventarisasi jumlah perajin, Pemerintah belum
mampu melakukan inventarisasi mengenai jumlah dan jenis motif batik Kebumen.
Mengenai hal ini, ternyata perajin sendiri juga tidak semuanya memiliki
dokumentasi hasil motif batik yang telah mereka hasilkan.
b. Sosialisasi produk:
Pemerintah daerah Kebumen telah beberapa kali
melakukan kegiatan pengenalan produk batik Kebumen kepada masyarakat Kebumen
sendiri maupun masyarakat luar. Beberapa bentuk kegitannya antara lain dengan
mengadakan kompetisi desain motif batik. Hasil karya yang menjadi juara
kemudian diambil menjadi hak milik pemerintah dan dipamerkan dalam ruang depan
kantor Disperindagkop, sehingga setiap orang yang datang bisa langsung melihat
produk-produk unggulan tersebut. Selain sosialisasi produk secara fisik,
melalui web dunia maya. Dalam situs www.Kebumenkab.go.id. ditampilkan beberapa
motif hasil karya perajin Kebumen yang telah di daftarkan di Ditjen HKI.
Selain kegiatan kompetisi, pemerintah Kabupaten
Kebumen juga selalu berusaha mengikutkan hasil karya batik Kebumen dalam setiap
acara pameran batik di luar daerah. Pernah suatu ketika ikut acara pameran di
Jakarta dan ternyata batik Kebumen mendapat Apresiasi tinggi dari Ibu negara
Ani Yudhoyono. Ibu Negara menilai, batik Kebumen layak untuk menjadi souvenir
kenegaraan.
c. Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Beberapa pelatihan telah difasilitasi oleh
pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi. Bappeda telah mengeluarkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh Disperindagkop berupa jadwal pelatihan sepanjang empat tahun pemerintahan
sejak tahun 2010 sampai 2013 sebagai berikut:
Tabel program pelatihan perajinan batik
Sumber: Disperindagkop Kab. Kebumen
d. Pendaftaran Hak Cipta atas Beberapa Motif Batik Kebumen:
Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen membuktikan
keseriusan perhatian mereka pada industri batik tulis Kebumen. Salah satu
buktinya adalah memfasilitasi perajin untuk bisa mendaftarkan hasil karya motif
mereka ke Ditjen HKI untuk mendapatkan sertifikat hak cipta. Sampai saat ini ada
16 motif batik tulis Kebumen yang telah didaftarkan dengan biaya ditanggung
oleh pemerintah Kabupaten Kebumen. Motif tersebut merupakan hasil karya dua
orang perajin batik yang cukup produktif yaitu Wahyuni dari desa Jemur dan
Teguh Budiyanto dari desa Seliling.
Tampak bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen mulai memiliki keseriusan dalam menangani prospek batik ini. Namun sayang sekali ketika upaya-upaya ini seolah tidak memiliki arah pada sektor budayanya. Mereka memfokuskan pada peningkatan kemampuan perajin membatik tanpa melakukan penyeimbangan pada niali-nilai budaya dari batik itu sendiri.
A. KAWUNG JENGGOT
Asal-usul: motif dasar dari kawung jenggot adalah motif kawung karena kawung
jenggot merupakan pengembangan dari motif kawung itu sendiri. Motif kawung
konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh
sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini
dihubungkan dengan binatang kuwangwung.
Pemberi nama: Asal-usul motif kawung jenggot tidak diketahui pasti, namun kalau motif asli kawung kemungkinan diberi nama oleh Sultan Mataram. Mengenai sejarah, siapa yang pertama membuat atau siapa yang mencetuskan nama itu sampai saat ini belum ada yang mengetahui. Perajin yang bisa membuat motif ini pun hanya satu orang sehingga motif kawung jenggot termasuk motif yang langka. Kalau sejarah secara umum dari motif kawung memang ada keterkaitan dengan keraton.
Makna motif kawung: Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Motif batik kawung sendiri bergambar bunga
pohon aren (buah kolang-kaling). Motif batik kawung mempunyai geometris
segi empat menurut kebudayaan Jawa melambangkan suatu ajaran tentang terjadinya
kehidupan manusia. Motif kawung bermacam ragamnya diantaranya adalah kawung
jenggot.
Pendaftaran di HAKI: motif ini belum dipatenkan, hanya baru diusulkan untuk dipatenkan
Pertimbangan
pembeli untuk membeli motif ini: karena unik dan langka. Motif kawung jenggot ini motif yang langka dan
jarang karena di Kebumen baru satu orang yang bisa membuatnya sehingga
jumlahnya terbatas.
B.
SRIKIT
Asal-usul: belum diketahui asal usul motif ini. Motif
srikit konon berasal dari kisah Ratu Sirikit.
Makna: tidak diketahui
Pertimbangan
pembeli untuk membeli motif ini: karena motifnya bagus dan motifnya penuh.
Pendaftaran di
HAKI: belum diketahui
C.
JAGATAN KEBUMEN/SEKAR JAGAT
Asal-usul: mengenai asal-usul motif sekar jagat ini tidak diketahui. Motif ini
sudah sangat terkenal sejak jaman nenek moyang para pembatik Kebumen.
Pemberi nama: sama halnya dengan asal-usul yang sulit terlacak, pemberi nama motif
ini pun tidak diketahui.
Makna: Motif Sekar
Jagad mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang
melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad
sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga
motif ini juga melambangkan keragaman diseluruh dunia. Motif ini menggambarkan
kombinasi seluruh isi alam, atau jagat raya ini. Ada pepohonan, pemandangan
alam, ada rumah, bahkan pagar rumah kadang muncul pada motif ini.
Motif
Jagatan Kebumen menggambarkan keanekaragaman budaya etnis dan kekayaan alam
Kebumen. Motif batik tersebut berusaha merangkum beberapa gambaran dari pantai,
karang, burung, dan tumbuh-tumbuhan. Motif batik yang berkembang lebih banyak
disandarkan pada esensi artistik gambar yang berusaha menggambarkan
keanekaragaman alam dan budaya dalam selembar kain.
Pertimbangan
pembeli untuk membeli : dianggap motif khas Kebumen dan mengandung kerumitan dalam pembuatan
motif dan pewarnaannya. Selain itu motifnya juga motif penuh dan tergolong motif
klasik.
D. Motif Sebagian Potensi Kebumen
Asal-usul: awal mula batik ini
tercipta dari ide Pak Muhtadin, salah seorang perajin batik asal Desa Seliling,
Dusun Pegandulan. Pak Muhtadin merupakan ketua kelompok pengrajin batik “Mekar
Sari”. Berawal dari ide untuk membuat motif batik yang baru dan keluar dari pakem motif klasik khas Kebumen. Pak
Muhtadin memulai menuangkan idenya dari pengamatan mengenai potensi-potensi
yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen yang sangat kaya, dimulai dari potensi
wisata, kekayaan alam, hasil-hasil bumi, laut, mata pencaharian masyarakat
kebumen dan juga berbagai kesenian dan kebudayaan yang ada. Maka semua itu ia
tuangkan dalam sebuah kain menjadi motif batik.
Pemberi
nama: Pak
Muhtadin
Pertama
muncul:
motif ini mulai dibuat sekitar bulan Mei tahun 2012.
Makna: menggambarkan kekayaan
dan potensi Kabupaten Kebumen. Melalui motif ini diharapkan masyarakat
mengetahui dan menyadari akan potensi Kebumen yang sangat banyak yang bisa
digali dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pendaftaran
HAKI:
Motif ini baru akan diusulkan untuk dipatenkan
Pertimbangan
pembeli untuk membeli motif ini: motif ini belum dikenal luas dan belum dipasarkan
karena belum lama diciptakan dan produksinya masih sangat terbatas. Sejauh ini
Pak Muhtadin baru membuat motif ini sebanyak tiga buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar