oleh: Bambang Wibiono
Batik Cilacap sangat berkaitan
dengan kedatangan Pangeran Diponegoro dan pasukannya ke wilayah Banyumas,
termasuk Cilacap, khususnya Maos. Oleh karena itu motif-motif batik Maos
umumnya bermakna dan berkaitan dengan siasat atau sandi perang, selain juga
motif-motif yang bercorak tumbuh-tumbuhan. Misalnya saja motif cebong kumpul
yang bermakna agar pasukan berkumpul dan merapatkan barisan guna bersiap
menghadapi musuh. Dalam makna yang lebih luas, motif ini memberi makna arti
penting persatuan. Dengan persatuan dan kesatuan segala bahaya, musuh, dan
kesulitan akan mudah dihadapi.
Batik Maos muncul pada abad
ke-18 yang bersumber dari tradisi batik Solo. Menurut Pak Tonik Sudarmaji
selaku pengusaha dan juga pemerhati batik asal Maos, kolektor batik memasukkan
batik Maos ke dalam genealogi batik Solo. Pak Tonik mengatakan batik Maos
mempunyai karakter khas yang membedakannya dengan corak batik Yogyakarta dan
batik pantai utara.
Corak batik Yogyakarta memiliki
karakter sogan yang gelap dan batik pesisir utara berkarakter cerah atau ngejreng. Adapun batik Maos
merupakan perpaduan corak batik Yogyakarta dan batik pantai utara. Warna dasar
batik Maos memang gelap, namun terkadang tiba-tiba ada warna cerahnya. Corak
batik Maos lebih variatif. Jika batik Yogyakarta banyak sogan yang diulang,
batik Maos tidak. Terkadang ada motif yang ditumpuk dan diberi variasi lain.
Motif batik Maos dulunya
terinspirasi oleh tanaman ubi jalar. “Orang Maos menyebutnya muntul,” ujar Saodah, 49 tahun,
perajin batik. Pada perkembangan selanjutnya, berbagai tumbuhan di Maos menjadi
dasar pembuatan motif batik. Menurut salah seorang pengrajin batik Maos,
Saodah, hampir 90 persen motif batik Maos terinspirasi oleh tumbuh-tumbuhan.
Dia menyebut beberapa motif batik Maos, seperti Parang Angkik, Sidomukti, dan
Rujak Sente. Motif lainnya yang dikenal di Cilacap adalah motif lung sakheti
(sejuta). Motif Lung berasal dari lekukan ranting-ranting pohon.
Menurut Pak Tonik, corak batik
Maos bertema tumbuh-tumbuhan adalah hal yang wajar. Sebab, kata dia, sebagian besar
warga Maos adalah petani. Mereka kala itu membatik sebagai kegiatan selingan
sambil menunggu musim panen tiba.
Beberapa motif-motif khas Maos dan maknanya
Kembang
Ambring: pesan persatuan, kita harus menyatu dalam menghadapi musuh
Lar Buntal: Misi pembagian wilayah/pembagian tugas yang
rata
Cuplik pring/ cebong kumpul: penempatan pasukan. Kode kalau
di situ tempat berkumpulnya beberapa pasukan yang siap.
Andaindi: tingkatan dalam tugas atau struktur,
organisasi, pemerintahan/ pembagian wewenang.
Blarak sineret: kebersamaan. Kemenangan dalam perjuangan
tidak hanya dicapai oleh salah satu orang atau salah satu pihak saja, ada
pihak-pihak lain yang juga turut andil.
Rujak sente: pemimpin harus tegas, padat, dan bermakna.
Asal-usul
motif khas Maos:
Awal mula motif ini digunakan
sebagai sandi perang pasukan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan penjajah.
Namun belum diketahui secara pasti apakah motif ini sebelumnya berasal dari
keraton atau baru diciptakan ketika Pangeran Diponegoro keluar dari keraton dan
melakukan perlawanan dengan penjajah. Berdasarkan informasi dari para sesepuh
pembatik yang masih hidup, motif batik ini digunakan saat perang melawan
penjajah pada perang diponegoro sekitar tahun 1825-1830.
Dari sejarah ini, jelas bahwa
pencetus nama-nama motif khas Cilacap seperti motif kembang ambring ini adalah
Pangeran Diponegoro dan laskar-laskar/pasukannya.
Kaitan dengan keraton tidak
diketahui pasti ada keterkaitan atau tidak. Tetapi berdasarkan silsilah,
Pangeran Diponegoro merupakan keturunan dari keraton Mataram.
Hak paten
Tidak ada ijin untuk membuat
motif batik ini. Walaupun motif ini diklaim sebagai motif khas Cilacap, namun
motif ini tidak dipatenkan ke HAKI hanya saja motif ini sudah terdaftar dan
diaku oleh Yayasan Batik Indonesia sebagai motif batik milik Indonesia. Namun
memang ada penjelasan mengenai sejarah bahwa motif ini dahulu berkembang di
Cilacap dan digunakan pada masa perang Diponegoro di wilayah Cilacap, khususnya
daerah Maos.
Pertimbangan Pembeli dan pertimbangan harga:
Kebanyakan para pembeli tidak
mempertimbangkan aspek sejarah, makna atau filosofi dari batik tersebut. Namun
ada kalangan tertentu seperti kolektor yang mencari atau membeli motif batik
tertentu karena pertimbangan makna filosofi dari motif tersebut.
Sedangkan penentuan harga tidak
terlalu mempertimbangkan sejarah dan makna motif batik. Namun penentuan harga
lebih mempertimbangkan aspek bahan pembuatan dan kerumitan jenis motif serta
pewarnaannya. Jika motif khas tersebut sangat rumit dan membutuhkan pewarnaan
yang lebih banyak, maka hal itu bisa mempengaruhi harga.
Ketersediaan bahan
Bahan-bahan untuk membuat batik
ini tidak ada di wilayah Cilacap. Biasanya diperoleh atau dipesan dari PERBAIN
di Sokaraja, namun untuk dalam jumlah
banyak biasanya membeli dari Pekalongan atau Solo.
Keahlian khusus
Tidak perlu ada keahlian khusus
dalam membuat motif-motif khas. Namun biasanya tergantung karakter masing-masing
pembatiknya. Ada yang ahli dalam membuat pola, membuat isen, atau pewarnaan.
Peran Pemda dalam melestarikan batik khas
Peran Pemerintah Daerah
Kabupaten Cilacap terhadap pelestarian batik masih sangat kurang. Peran
pemerintah biasanya hanya sebatas memberikan pelatihan yang intensitasnya
sangat jarang dan tidak rutin. Selain itu pemda hanya memberikan informasi
ketika akan ada pameran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar