SELAMAT DATANG

selamat datang di blog ini. Semoga dapat bermanfaat

Sabtu, 14 Juli 2012

Pembuatan Batik Tulis dan Cara Membedakan dengan Batik Cap dan Printing


Proses Pembuatan
Berdasarkan beberapa literatur dan juga berbagai sumber dari para pengrajin batik, adapun proses pembuatan batik tulis dilakukan dengan minimal tahapan sebagai berikut:
  1. Kain mori atau katun direbus dengan menggunakan soda abu (meang/jerami) yang telah bersih dari zat penghambat, lilin, dan rempah-rempah untuk memudahkan penyerapan zat pewarna, keringkan.
  2. Buat pola batik dengan menggunakan pensil/arang kecil
  3. Siapkan canthing (6 ukuran), wajan untuk mencairkan lilin, malam, tungku pemanas, dan gawangan.
  4. Tuangkan malam yang dipanaskan agar cair pada canthing kemudian tuliskan mengikuti pola yang sudah dibuat pada kain.
  5. Pewarnaan menggunakan teknik celup dingin dengan zat pewarna Napthol atau zat berasal dari alam misalnya warna merah menggunakan kulit pohon mengkudu yang direndam air, biru dari pohon nila, yang pengaktifannya menggunakan tanah liat. Pewarnaan dilakukan berulang-ulang dengna perendman urutannya adalah warna yang muda kemudian arna yang lebih tua, semakin banyak warna yang digunakan maka semakin banyak pencekupannya.
  6. Setelah selesai pewarnaan, maka proses penghilangan lilin (lorod) menggunakan pisau atau logam. Kemudian direbus dalam air mendidih keringkan.

    Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk membedakan batik tulis, batik cap, dan batik printing:
    Batik Tulis : 
    1. Digambar secara manual, menggunakan tangan dengan menggunakan canting. 
    2. Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun bentuknya sama. Tidak bisa sama persis, karena dibuat secara manual menggunakan tangan. 
    3. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku. Apalagi jika pembatiknya telaten dan rajin, hasilnya juga lebih rapi. 
    4. Gambar batik tembus pada kedua sisi kain. 
    5. Biasanya memiliki aroma yang khas, karena kainnya diwarnai dengan pewarna alam,seperti kulit kayu, kayu tingi (hitam), kayu teger (kuning), kayu jambal (coklat), daun Tom dan akarnya (biru). Tapi jika pewarna yang digunakan bukan pewarna alam, aroma khas tidak muncul. 
    6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya. Lamanya pengerjaan tergantung pada tingkat kerumitan motifnya. Makin rumit motifnya, tentu saja membutuhkan waktu lebih lama untuk pengerjaannya. 
    7. Harganya relatif lebih mahal, karena proses pengerjaannya rumit, dari segi kualitas juga lebih bagus, eksklusif, dan merupakan karya personal.
Batik Cap :
  1. Dibuat dengan menggunakan cap, namun masih tetap menggunakan teknik batik (malam sebagai bahan perintang warna).
  2. Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama. Karena menggunakan alat bantu cap, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil motif ornamen yang seragam.
  3. Ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
  4. Namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar).
  5. Gambar batik tembus pada kedua sisi kain.
  6. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis.
  7. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap lebih cepat dibanding batik tulis.
  8. Harga batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis. Karena kualitasnya masih kalah dengan batik tulis, diproduksi semi massal, sehingga kurang istimewa dan kurang eksklusif.
Batik Printing :
  1. Pengerjaannya dengan menggunakan mesin. Tidak menggunakan teknik batik. Tidak menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.
  2. Teknik yang digunakan, teknik cetak layaknya industri tekstil. Tidak jarang menggunakan mesin cetak yang komputerise.
  3. Ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan ditiru.
  4. Batik printing biasanya meniru motif batik yang sudah ada.
  5. Namun Karena proses pengerjaannya satu muka saja, maka warna batik printing tidak tembus di sisi baliknya.
  6. Waktu pengerjaannya lebih cepat. Merupakan industri massal, sehingga tidak memiliki nilai eksklusifitas sama sekali.
  7. Harga lebih murah daripada kedua jenis batik diatas.

Sepintas Mengenal tentang Batik dan Sejarahnya


Oleh: Bambang Wibiono


Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
motif Puger
Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.1 Batik dinilai sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia, sehingga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari kemanusiaan
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.2 Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Bathik telah menjadi bagian dari kekayaan seni rupa tradisional Nusantara, jauh sebelum masuknya Islam. Mitos awal tentang batik sudah ada sejak sekitar tahun 700. Mitos tersebut bercerita tentang istri Pangeran Jenggala, Lembu Ami Luhur. Dia seorang putri dari Coromandel. Ia mengajari orang Jawa menenun, membatik, dan mewarnai kain. Sejak itu kain batik dengan berbagai motif tertentu menjadi bagian dari identitas busana dan budaya Raja, permaisuri, dan keluarga istana pada masa kejayaan Hindu. Namun catatan tetrtulis tentang batik baru muncul pada tahun 1518, di Galuh, wilayah Barat laut Jawa.
Pada masa Islam batik terus berkembang terutama dalam kekayaan motif dan arti perlambangannya. Pada masa Islam batik terus berkembang, terutama dalam kekayaan motif dan arti perlambangannya. Pada masa Islam motif animisme dan Hinduisme yang muncul pada masa kerajaan Hindu diperkaya dengan motif Kaligrafi Arab, Masjid, Kabah, dan permadani, di samping itu moif Cina sangat kental pada motif batik. Dalam sebuah cerita disebutkan bahwa Sultan Agung, Raja Islam pertama Mataram (1613-1645) memakai batik dengan motif burung Huk. Dalam mitologi Cina, burung Huk melambangkan keberuntungan.
Pada masa Islam dan masa sebelumnya, tradisi batik memang cenderung menjadi bagian dari tradisi istana. Namun dalam perkembangannya, ketika nilai-nilai keistanaan meluntur, nilai-nilai batik menjadi memasyarakat. Batikpun dibuat dan dipakai oleh banyak kalangan, Hasanudin dalam bukunya yang berjudul Batik Pesisiran menyebutkan bahwa kegiatan membatik didasarkan pada lima motivasi dasar yaitu : (1) membatik sebagai kegiatan sambilan wong cilik, (2) komoditas, (3) tradisi kalangan bangsawan, (4) sebagai saha dagang orang Cina dan Indo Belanda yang ragam hiasa dang fungsinya diperuntukkan bagi kalangan terbatas, (5) sebagai kebutuhan seni atau desain dngan konsep kontemporer. Pada abad 18 dan 19, perdagagan batik di Indonesia berkembang pesat.
Batik berasal dari kata Mbat (membuat garis) dan nitik (membuat titik). Propinsi Jawa Tengah juga memiliki bathik yang khas dan telah terkenal sampai ke luar negeri, bahkan telah diakui oleh masyrakat Internasional sebagai salah satu warisan budhaya adi luhung kebendaan. Adapun pembuatannya secara umum dikenal dengan
(1) Batik Tulis
(2) Batik Cap
Selain itu pada jaman sekarang muncul cara pembuatan batik  menggunakan mesin print. Batik ini lazim disebut dengan batik printing.
1 www.unesco.org/culture/ich/index.php?RL=00170, diakses pada tanggal 11 Juni 2012
2 Iwan Tirta, Gareth L. Steen, Deborah M. Urso, Mario Alisjahbana. 1996, “Batik: a play of lights and shades, Volume 1”, Gaya Favorit Press, ISBN 979-515-313-7, dalam http://www.wikipedia.co.id/sejarah batik/Batik.htm, diakses pada tanggal 11 Juni 2012.