SELAMAT DATANG

selamat datang di blog ini. Semoga dapat bermanfaat

Minggu, 23 September 2012

Makna Motif Batik Cilacap


oleh: Bambang Wibiono
 

Batik Cilacap sangat berkaitan dengan kedatangan Pangeran Diponegoro dan pasukannya ke wilayah Banyumas, termasuk Cilacap, khususnya Maos. Oleh karena itu motif-motif batik Maos umumnya bermakna dan berkaitan dengan siasat atau sandi perang, selain juga motif-motif yang bercorak tumbuh-tumbuhan. Misalnya saja motif cebong kumpul yang bermakna agar pasukan berkumpul dan merapatkan barisan guna bersiap menghadapi musuh. Dalam makna yang lebih luas, motif ini memberi makna arti penting persatuan. Dengan persatuan dan kesatuan segala bahaya, musuh, dan kesulitan akan mudah dihadapi.

Batik Maos muncul pada abad ke-18 yang bersumber dari tradisi batik Solo. Menurut Pak Tonik Sudarmaji selaku pengusaha dan juga pemerhati batik asal Maos, kolektor batik memasukkan batik Maos ke dalam genealogi batik Solo. Pak Tonik mengatakan batik Maos mempunyai karakter khas yang membedakannya dengan corak batik Yogyakarta dan batik pantai utara.

Corak batik Yogyakarta memiliki karakter sogan yang gelap dan batik pesisir utara berkarakter cerah atau ngejreng. Adapun batik Maos merupakan perpaduan corak batik Yogyakarta dan batik pantai utara. Warna dasar batik Maos memang gelap, namun terkadang tiba-tiba ada warna cerahnya. Corak batik Maos lebih variatif. Jika batik Yogyakarta banyak sogan yang diulang, batik Maos tidak. Terkadang ada motif yang ditumpuk dan diberi variasi lain.

Motif batik Maos dulunya terinspirasi oleh tanaman ubi jalar. “Orang Maos menyebutnya muntul,” ujar Saodah, 49 tahun, perajin batik. Pada perkembangan selanjutnya, berbagai tumbuhan di Maos menjadi dasar pembuatan motif batik. Menurut salah seorang pengrajin batik Maos, Saodah, hampir 90 persen motif batik Maos terinspirasi oleh tumbuh-tumbuhan. Dia menyebut beberapa motif batik Maos, seperti Parang Angkik, Sidomukti, dan Rujak Sente. Motif lainnya yang dikenal di Cilacap adalah motif lung sakheti (sejuta). Motif Lung berasal dari lekukan ranting-ranting pohon.

Menurut Pak Tonik, corak batik Maos bertema tumbuh-tumbuhan adalah hal yang wajar. Sebab, kata dia, sebagian besar warga Maos adalah petani. Mereka kala itu membatik sebagai kegiatan selingan sambil menunggu musim panen tiba.


Beberapa motif-motif khas Maos dan maknanya
Kembang Ambring: pesan persatuan, kita harus menyatu dalam menghadapi musuh
Lar Buntal: Misi pembagian wilayah/pembagian tugas yang rata
Cuplik pring/ cebong kumpul: penempatan pasukan. Kode kalau di situ tempat berkumpulnya beberapa pasukan yang siap.
Andaindi: tingkatan dalam tugas atau struktur, organisasi, pemerintahan/ pembagian wewenang.
Blarak sineret: kebersamaan. Kemenangan dalam perjuangan tidak hanya dicapai oleh salah satu orang atau salah satu pihak saja, ada pihak-pihak lain yang juga turut andil.
Rujak sente: pemimpin harus tegas, padat, dan bermakna.  


Asal-usul motif khas Maos:
Awal mula motif ini digunakan sebagai sandi perang pasukan Pangeran Diponegoro dalam perang melawan penjajah. Namun belum diketahui secara pasti apakah motif ini sebelumnya berasal dari keraton atau baru diciptakan ketika Pangeran Diponegoro keluar dari keraton dan melakukan perlawanan dengan penjajah. Berdasarkan informasi dari para sesepuh pembatik yang masih hidup, motif batik ini digunakan saat perang melawan penjajah pada perang diponegoro sekitar tahun 1825-1830.

Dari sejarah ini, jelas bahwa pencetus nama-nama motif khas Cilacap seperti motif kembang ambring ini adalah Pangeran Diponegoro dan laskar-laskar/pasukannya.
Kaitan dengan keraton tidak diketahui pasti ada keterkaitan atau tidak. Tetapi berdasarkan silsilah, Pangeran Diponegoro merupakan keturunan dari keraton Mataram.

Hak paten
Tidak ada ijin untuk membuat motif batik ini. Walaupun motif ini diklaim sebagai motif khas Cilacap, namun motif ini tidak dipatenkan ke HAKI hanya saja motif ini sudah terdaftar dan diaku oleh Yayasan Batik Indonesia sebagai motif batik milik Indonesia. Namun memang ada penjelasan mengenai sejarah bahwa motif ini dahulu berkembang di Cilacap dan digunakan pada masa perang Diponegoro di wilayah Cilacap, khususnya daerah Maos.

Pertimbangan Pembeli dan pertimbangan harga:
Kebanyakan para pembeli tidak mempertimbangkan aspek sejarah, makna atau filosofi dari batik tersebut. Namun ada kalangan tertentu seperti kolektor yang mencari atau membeli motif batik tertentu karena pertimbangan makna filosofi dari motif tersebut.

Sedangkan penentuan harga tidak terlalu mempertimbangkan sejarah dan makna motif batik. Namun penentuan harga lebih mempertimbangkan aspek bahan pembuatan dan kerumitan jenis motif serta pewarnaannya. Jika motif khas tersebut sangat rumit dan membutuhkan pewarnaan yang lebih banyak, maka hal itu bisa mempengaruhi harga.

Ketersediaan bahan
Bahan-bahan untuk membuat batik ini tidak ada di wilayah Cilacap. Biasanya diperoleh atau dipesan dari PERBAIN di Sokaraja, namun  untuk dalam jumlah banyak biasanya membeli dari Pekalongan atau Solo.

Keahlian khusus
Tidak perlu ada keahlian khusus dalam membuat motif-motif khas. Namun biasanya tergantung karakter masing-masing pembatiknya. Ada yang ahli dalam membuat pola, membuat isen, atau pewarnaan.

Peran Pemda dalam melestarikan batik khas
Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap terhadap pelestarian batik masih sangat kurang. Peran pemerintah biasanya hanya sebatas memberikan pelatihan yang intensitasnya sangat jarang dan tidak rutin. Selain itu pemda hanya memberikan informasi ketika akan ada pameran.

Motif-motif Batik Kebumen: Makna dan Upaya Pelestariannya


Oleh: Bambang Wibiono

Batik Kebumen jelas berbeda dengan keberadaan batik-batik di daerah lain yang masing-masing memiliki latar dan pengaruh dari berbagai unsur, sehingga batik dapat berkembang sebagai sebuah simbol budaya, adat istiadat dan spiritual. Tentang Batik Kebumen, tidak terlacak pengaruh budaya dari mana, karena semua mengakui bahwa keberadaan motif-motif yang berkembang berasal dari pengaruh pengamatan indrawi para perajin sendiri. Batik Kebumen lebih berkembang sebagai murni seni batik yang menekankan pada nilai artistik bukan pada nilai makna dibalik sebuah gambar. Sehingga justru menunjukkan keunikannya sendiri. Batik Kebumen yang berorientasi pada alam (ekologis), menggambarkan masyarakat Kebumen yang bersahaja dan sangat menghormati kehidupan yang ditawarkan oleh alam.
Menurut Ketua Paguyuban Batik Lawet Sakti Kebumen, H. Hamami Abdul Rohman, motif batik Kebumen yang dibuat terinspirasi dari budaya Kebumen sehingga muncul kekhasan warna dan coraknya. Rata-rata ide dasar pembuatan motif batik berasal dari apa saja. Bisa dari alam sekitar seperti bunga yang tumbuh di halaman, daun, makanan khas atau saat melihat corak batik yang menurutnya bagus, lalu dia mengembangkan menjadi karya berbeda. Termasuk pewarnaan yang digunakan adalah warna-warna khas Kebumen, seperti biru, merah, ungu, cokelat, hijau dan kuning.
Motif-motif batik kebumen: jagatan, srikit, kawung jenggot, ukel cantel, gringsing, pugeran.
Jenis motif andalan dan yang paling mahal: jagatan dan srikit karena tingkat kesulitan yang tinggi serta menggunakan bahan baku yang berkualitas yang dipesan langsung dari Pekalongan atau Jogja.
Khusus untuk motif kawung jenggot, berdasarkan keterangan Pak Muhtadin, salah seorang pengrajin dan pengusaha batik Desa Seliling, bahwa motif tersebut di desanya bahkan di Kebumen hanya ada satu orang yang bisa membuatnya sehingga motif tersebut masih sangat langka. Menurutnya, perajin yang lain termasuk dirinya belum mampu ada yang menirunya.
Ketersediaan bahan
Bahan-bahan pendukung untuk membatik di daerah Kebumen masih sangat sulit. Hanya ada satu tempat untuk membeli bahan-bahan pembuatan batik. Namun diakui para perajin, untuk membuat motif-motif yang sulit yang memerlukan pewarna yang berkualitas dan lebih bervariasi harus memesan bahan pewarna dan malam dari Yogya, Solo, atau Pekalongan.
Proses pembuatan
Untuk membuat motif jagatan atau srikit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama daripada batik lainnya. Waktu yang diperlukan mencapai 1-2 bulan. Hal ini dikarenakan kerumitan dari motif serta proses pewarnaan yang lama. Jika umumnya motif lain hanya dua kali pewarnaan, sedangkan untuk motif jagatan dan srikit butuh empat kali proses pewarnaan. Karena inilah harga untuk motif jagatan dan srikit lebih mahal. Selain itu, lamanya proses pembuatan karena umumnya para perajin menjadikan kegiatan membatik hanya sebagai kerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang.
Asal-usul motif-motif batik Kebumen
Umumnya para perajin tidak mengetahui asal-usul dan makna motif batik yang ia buat. Mereka hanya sekedar membatik karena turun temurun dari nenek moyangnya ataupun sekedar meniru batik yang sudah ada dan berkembang di Kebumen. Selain itu motif-motif batik yang saat ini berkembang di Kebumen umumnya lebih bermakna artistik ketimbang bernilai filosofi yang bermakna nilai moral dan harapan-harapan. Berdasarkan keterangan para perajin, sebagian besar dari mereka tidak pernah mencoba mencari informasi mengenai asal-usul/sejarah, siapa yang memberi nama dan makna dari motif batik yang ia buat. Mereka sekedar mengikuti orang tua mereka dahulu dalam membatik.
Pertimbangan pembeli dan harga terhadap batik
Sejauh ini hampir tidak ada pembeli yang mempertimbangkan aspek sejarah, filosofi atau makna dari sebuah batik dalam membeli. Kalaupun ada biasanya dari kalangan pecinta/pemerhati batik atau pengusaha batik yang membeli pada saat pameran. Keputusan penentuan harga batik oleh para perajin juga tidak didasarkan pada aspek sejarah dan filosofi, namun lebih kepada pertimbangan aspek proses pembuatan seperti kerumitan motif, pewarnaan, bahan, dan lama pengerjaan.
Perlindungan karya motif batik
Ternyata pengetahuan dan kesadarannya akan pentingnya perlindungan pun, tidak serta merta motif-motif yang diciptakan terlindungi dari peniruan. Beberapa perajin seperti Pak Teguh mengaku meski telah didaftarkan, motif-motifnya tetap banyak yang meniru. Melihat kondisi seperti ini, dia mengaku tidak bisa berbuat banyak. Karena jika mau memperkarakannya pun hanya akan merepotkan diri sendiri, belum lagi nanti ada biaya ini dan itu yang harus dia keluarkan untuk mengurusnya. Sehingga sampai saat ini dia hanya bisa memberikan proteksi sendiri atas karya-karyanya, jika ada perajin lain ingin meniru menggunakan motifnya, maka harus ada transaksaksi ekonomi yang menguntungkan, meski nilainya tidak terlalu besar, antara 25-50 ribu.
Upaya pemerintah Kabupaten Kebumen
Secara khusus, pemerintah Kabupaten Kebumen belum melakukan upaya yuridis apapun dalam rangka mendukung perlindungan industri kreatif, terutama batik karena industri kreatif batik belum menjadi prioritas. Adapun visi pembangunan Kabupaten Kebumen lebih mengarah ke agrobisnis, yaitu “Kebumen yang Mandiri dan Sejahtera Berbasis Agrobisnis”. Diantara beberapa industri yang berkembang di Kebumen, industri batik sendiri tidak memiliki posisi strategis. Tercatat dalam dokumentasi dinas perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kebumen, Industri di Kebumen diklasifikasikan dalam beberapa jenis industri, yaitu Industri Furniture dan Kayu Olahan, Industri Agro, Industri Aneka Kripik, Industri Menengah, Industri Kerajinan, Industri Kimia, Industri Lanting, Tempe, Tahu dan minuman. Dalam daftar Industri tersebut, Industri Batik masuk dalam kategori industri kerajinan dan hanya tercatat satu industri batik yang secara resmi memiliki izin, yaitu Paguyuban Lawet Sakti.
Meski bukan merupakan prioritas, namun bisa dikatakan bahwa perhatian Pemerintah Kabupaten Kebumen terhadap keberadaan industri batik ini sangat besar. Beberapa tindakan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen antara lain:
a.      Inventarisasi:
Inventarisasi para perajin batik di Kabupaten Kebumen yang menyebar dalam empat kecamatan, lima desa, empat kelompok batik dan 379 perajin batik. Selain inventarisasi jumlah perajin, Pemerintah belum mampu melakukan inventarisasi mengenai jumlah dan jenis motif batik Kebumen. Mengenai hal ini, ternyata perajin sendiri juga tidak semuanya memiliki dokumentasi hasil motif batik yang telah mereka hasilkan.
b.      Sosialisasi produk:
Pemerintah daerah Kebumen telah beberapa kali melakukan kegiatan pengenalan produk batik Kebumen kepada masyarakat Kebumen sendiri maupun masyarakat luar. Beberapa bentuk kegitannya antara lain dengan mengadakan kompetisi desain motif batik. Hasil karya yang menjadi juara kemudian diambil menjadi hak milik pemerintah dan dipamerkan dalam ruang depan kantor Disperindagkop, sehingga setiap orang yang datang bisa langsung melihat produk-produk unggulan tersebut. Selain sosialisasi produk secara fisik, melalui web dunia maya. Dalam situs www.Kebumenkab.go.id. ditampilkan beberapa motif hasil karya perajin Kebumen yang telah di daftarkan di Ditjen HKI.
Selain kegiatan kompetisi, pemerintah Kabupaten Kebumen juga selalu berusaha mengikutkan hasil karya batik Kebumen dalam setiap acara pameran batik di luar daerah. Pernah suatu ketika ikut acara pameran di Jakarta dan ternyata batik Kebumen mendapat Apresiasi tinggi dari Ibu negara Ani Yudhoyono. Ibu Negara menilai, batik Kebumen layak untuk menjadi souvenir kenegaraan.
c.       Pelatihan Pengembangan Keterampilan
Beberapa pelatihan telah difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Bappeda telah mengeluarkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Disperindagkop berupa jadwal pelatihan sepanjang empat tahun pemerintahan sejak tahun 2010 sampai 2013 sebagai berikut:
Tabel program pelatihan perajinan batik



Sumber: Disperindagkop Kab. Kebumen


d.      Pendaftaran Hak Cipta atas Beberapa Motif Batik Kebumen:
Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen membuktikan keseriusan perhatian mereka pada industri batik tulis Kebumen. Salah satu buktinya adalah memfasilitasi perajin untuk bisa mendaftarkan hasil karya motif mereka ke Ditjen HKI untuk mendapatkan sertifikat hak cipta. Sampai saat ini ada 16 motif batik tulis Kebumen yang telah didaftarkan dengan biaya ditanggung oleh pemerintah Kabupaten Kebumen. Motif tersebut merupakan hasil karya dua orang perajin batik yang cukup produktif yaitu Wahyuni dari desa Jemur dan Teguh Budiyanto dari desa Seliling.

Tampak bahwa Pemerintah Kabupaten Kebumen mulai memiliki keseriusan dalam menangani prospek batik ini. Namun sayang sekali ketika upaya-upaya ini seolah tidak memiliki arah pada sektor budayanya. Mereka memfokuskan pada peningkatan kemampuan perajin membatik tanpa melakukan penyeimbangan pada niali-nilai budaya dari batik itu sendiri.

A.     KAWUNG JENGGOT
Asal-usul: motif dasar dari kawung jenggot adalah motif kawung karena kawung jenggot merupakan pengembangan dari motif kawung itu sendiri. Motif kawung konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung.

Pemberi nama: Asal-usul motif kawung jenggot tidak diketahui pasti, namun kalau motif asli kawung kemungkinan diberi nama oleh Sultan Mataram. Mengenai sejarah, siapa yang pertama membuat atau siapa yang mencetuskan nama itu sampai saat ini belum ada yang mengetahui. Perajin yang bisa membuat motif ini pun hanya satu orang sehingga motif kawung jenggot termasuk motif yang langka. Kalau sejarah secara umum dari motif kawung memang ada keterkaitan dengan keraton.

Makna motif kawung: Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Hal tersebut mengisaratkan agar manusia dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik itu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna lain yang terkandung dalam motif kawung ini adalah agar manusia yang memakai motif kawung ini dapat menjadi manusia yang ideal atau unggul serta menjadikan hidupnya menjadi bermakna.
Motif batik kawung sendiri bergambar bunga pohon aren (buah kolang-kaling). Motif batik kawung mempunyai  geometris segi empat menurut kebudayaan Jawa melambangkan suatu ajaran tentang terjadinya kehidupan manusia. Motif kawung bermacam ragamnya diantaranya adalah kawung jenggot.

Pendaftaran di HAKI:  motif ini belum dipatenkan, hanya baru diusulkan untuk dipatenkan
Pertimbangan pembeli untuk membeli motif ini: karena unik dan langka. Motif kawung jenggot ini motif yang langka dan jarang karena di Kebumen baru satu orang yang bisa membuatnya sehingga jumlahnya terbatas.

B.      SRIKIT
Asal-usul: belum diketahui asal usul motif ini. Motif srikit konon berasal dari kisah Ratu Sirikit.
Pemberi nama: tidak diketahui
Makna: tidak diketahui
Pertimbangan pembeli untuk membeli motif ini: karena motifnya bagus dan motifnya penuh.
Pendaftaran di HAKI: belum diketahui

C.      JAGATAN KEBUMEN/SEKAR JAGAT
Description: Description: C:\Users\rya\Desktop\jagatan sawahan.JPG  Description: Description: D:\Wibiono^\BATIK\MOTIF\pa muhtadin (MEKAR SARI)\edit\sekar jagat-500rb.jpg
Asal-usul: mengenai asal-usul motif sekar jagat ini tidak diketahui. Motif ini sudah sangat terkenal sejak jaman nenek moyang para pembatik Kebumen.
Pemberi nama: sama halnya dengan asal-usul yang sulit terlacak, pemberi nama motif ini pun tidak diketahui.
Makna: Motif Sekar Jagad mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman diseluruh dunia. Motif ini menggambarkan kombinasi seluruh isi alam, atau jagat raya ini. Ada pepohonan, pemandangan alam, ada rumah, bahkan pagar rumah kadang muncul pada motif ini.
Motif Jagatan Kebumen menggambarkan keanekaragaman budaya etnis dan kekayaan alam Kebumen. Motif batik tersebut berusaha merangkum beberapa gambaran dari pantai, karang, burung, dan tumbuh-tumbuhan. Motif batik yang berkembang lebih banyak disandarkan pada esensi artistik gambar yang berusaha menggambarkan keanekaragaman alam dan budaya dalam selembar kain.
Pertimbangan pembeli untuk membeli : dianggap motif khas Kebumen dan mengandung kerumitan dalam pembuatan motif dan pewarnaannya. Selain itu motifnya juga motif penuh dan tergolong motif klasik.

D.     Motif Sebagian Potensi Kebumen
Description: Description: Description: D:\Wibiono^\BATIK\MOTIF\pa muhtadin (MEKAR SARI)\edit\potensi kebumen2-500rb.JPG 
Asal-usul: awal mula batik ini tercipta dari ide Pak Muhtadin, salah seorang perajin batik asal Desa Seliling, Dusun Pegandulan. Pak Muhtadin merupakan ketua kelompok pengrajin batik “Mekar Sari”. Berawal dari ide untuk membuat motif batik yang baru dan keluar dari pakem motif klasik khas Kebumen. Pak Muhtadin memulai menuangkan idenya dari pengamatan mengenai potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kebumen yang sangat kaya, dimulai dari potensi wisata, kekayaan alam, hasil-hasil bumi, laut, mata pencaharian masyarakat kebumen dan juga berbagai kesenian dan kebudayaan yang ada. Maka semua itu ia tuangkan dalam sebuah kain menjadi motif batik.
Pemberi nama: Pak Muhtadin
Pertama muncul: motif ini mulai dibuat sekitar bulan Mei tahun 2012.
Makna: menggambarkan kekayaan dan potensi Kabupaten Kebumen. Melalui motif ini diharapkan masyarakat mengetahui dan menyadari akan potensi Kebumen yang sangat banyak yang bisa digali dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Pendaftaran HAKI: Motif ini baru akan diusulkan untuk dipatenkan
Pertimbangan pembeli untuk membeli motif ini: motif ini belum dikenal luas dan belum dipasarkan karena belum lama diciptakan dan produksinya masih sangat terbatas. Sejauh ini Pak Muhtadin baru membuat motif ini sebanyak tiga buah.